Do’a kami pagi itu, Jumat 27 Juli 2021 adalah…. “Semoga tidak ada pendaki lain yang naik, agar Singgalang hanya milik kami”. Dan alhamdulillah, doa anak baik didengar. Selama 24 jam penuh, Singgalang hanya milik kami ber 3. Damainya hidup waktu itu diciptakan oleh Allah, kami, dan Telaga Dewi. Singgalang adalah segala macam suasana.
Dari awal pendakian kami sudah disuguhi medan dengan kemiringan hampir 80 derajat (?) berupa tanah liat yang vibram pun bisa terpeleset. Setelahnya, medan berganti seperti terowongan2 di Shelter Kerinci berupa terowongan alami yang terbuat dari pohon. Bukan cuma harus merunduk, jalan pun hanya bisa 1 baris kaki karena kondisi jalan yang sangat sempit, dan licin.
Jika Ciremai punya Tanjakan Bin Bin, Seruni, Bapa Tere dll, Singgalang sejatinya punya 10 kali lipat lebih dari itu. Hanya saja, belum bertuan. Hanya sekedar tanjakan tanpa nama, tapi tenaga yang dikeluarkan untuk merambati tiap tanjakannya bukan cuma bisa sekedar atau ala kadarnya saja.
Suasana mulai berubah saat keluar hutan di Cadas, lahan mulai terbuka dan kami bisa melihat Marapi dari sana. Kemudian kembali memasuki hutan berupa lumut, kami harus extra hati2. Sangat disarankan membawa trekking pole ataupun kayu sebagai pegangan dan koreksi medan, apakah itu tanah mantap atau lumpur dalam. Pohon yang menjadi pijakan pun terkadang sangat licin, sehingga kalian harus punya pegangan, baik itu trekking pole, kayu atau pun manusia. Hawa damai mulai menggelayuti ketika bau Telaga Dewi mulai tercium, pertanda Tenda ingin segera didirikan.
Singgalang adalah segala macam cuaca. Panas terik, kabut, gerimis, hujan lebat, mendung, cerah merekah, padang bulan, langit penuh gemintang, semua ada di Singgalang. Bahkan dalam hitungan jam, kami bisa menikmati serentetan perbedaan cuaca tersebut. Luar biasa, dan aku baru menemuinya disini.
Singgalang adalah segala macam rasa. 24 jam lebih menitipkan raga dan jiwa kami di Telaga Dewi, berat sekali saat harus mulai berbenah diri dan melangkah meninggalkan segala yang ada disana. Setiap pertemuan harus ada perpisahan.Yang datang akan pergi, yang hidup akan mati. Tapi pada Singgalang…yang rindu akan semakin rindu.